Index Labels

Allah Ghayatuna

. . 2 komentar:
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh..

Saudara-saudara sekalian..

Allahu ghayatuna -> Allah tujuan kita.....

Allah tujuan kita mengandung arti agar kita mengikhlaskan untuk Allah segala perkataan dan perbuatan kita, ibadah dan perjuangan kita. Sehingga kita diakui sebagai hamba-hamba-Nya yang mukhlisin dan menjadilah semboyan yang selalu kita ikrarkan setiap waktu dan tempat:

"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah." (Al-An'aam 162-163)

Marilah kita renungkan sejenak hidup kita ini....
Sudahkah hidup kita ini sejalan dengan ikrar kita???
Sholat kita hanya untuk Allah?
Ibadah kita hanya untuk Allah?
Hidup dan mati kita hanya untuk Allah?

Mungkin dalam benak kita masih risih... kenapa Allah yang kita tuju, kenapa bukan yang lainnya. Dalam hal ini kita perlu mengenal lebih jauh siapa Allah itu, ibarat ungkapan Melayu 'tiada kenal tiada sayang'. Jawaban yang sama sebenarnya berlaku apabila kita masih agak malas beribadah: sholat berjama'ah di masjid, puasa, membayar zakat dll. Ngapain kita susah-susah berbuat demikian?

Dalam lubuk hati kita yang paling dalam, kita pasti mengakui bahwa
Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan kita,
Allah-lah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya,
Allah-lah yang memulyakan dan menghinakan,
Allah-lah yang memberi manfaat dan bahaya,
Allah-lah yang membagi-bagikan rezqi dan menahannya,
Di tangan-Nya-lah segala urusan dan aturan,
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Di banyak ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala mengingatkan kita akan peran-Nya sebagai Rabb seluruh alam. Namun demikian, tidak lah cukup kita mengenal Allah sebagai Rabb begitu saja. Tetapi, pengenalan kita terhadap Rabb Allah hendaklah dilanjutkan dengan penerimaan Dia sebagai "ilah" kita, sebagai Hak Allah atas kita. Hendaklah kita patuh dan taat secara utuh terhadap perintah dan larangan Allah.

Kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah Ta'ala merupakan tuntutan iman dan pengabdian kepada Allah karena status Dia sebagai Rabb kita dan alam semesta.
- Bukankah ALLAH pencipta kita? Maka Dia-lah jua yang berhak untuk bertindak terhadap makhluq-Nya menurut kehendak-Nya.
- Bukankah Allah Maha Mengetahui dan lebih mengetahui sistem-sistem dan perundang-undangan serta hukum-hukum yang baik bagi hamba-hamba-Nya?
- Bukankah Allah yang Maha Bijaksana dalam meletakkan segala sesuatu pada posisinya yang tepat dalam bentuk yang dapat mendatangkan manfaat dan mencegah kerusakan?

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.
 Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hukum yang telah Allah turunkan maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum
jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" (Al-Maidah 49)

Keberadaan Allah Ta'ala sebagai Rabb kita dan Ilah kita menghendaki kita untuk patuh dan taat secara utuh terhadap perintah dan larangan Allah.

Maka tiada jalan lain bagi kita, kecuali menerima dan mentaati segala ketetapan-Nya dengan penuh tawakkal dan sabar hati, rela menerima ketentutan-Nya dalam hal-hal yang telah terjadi dan sabar terhadap
segala cobaan dan musibah dalam mengemban hukum-Nya.

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan tidaklah patut bagi mu'min laki-laki dan tidak pula perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada lagi bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka." (Al-Ahzab : 36)

Bagi kita cukuplah bercermin kepada Khalifah Umar bin Khattab r.a. yang mentaati dan menerima sikap Rasulullah dalam mencium hajar aswad (batu hitam di pojok Ka'bah) walaupun ia sendiri tidak mengetahui hikmah menciumnya. Dia hanya berkata kepada batu itu:

"Sungguh aku tahu bahwa engkau hanyalah seonggok batu yang tidak dapat memberi manfaat dan menolaknya. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah SAW menciummu niscaya aku tidak suka menciummu." (HR. Bukhari & Muslim).

Kesadaran pengakuan kita akan Allah sebagai tujuan kita adalah suatu yang tidak bisa disangsikan lagi.....tentunya hal ini berlaku apabila kita meyakini bahwa kita akan kembali kepada-Nya. Suka atau tidak, Allah lah yang memegang kendali kehidupan kita dan alam semesta semuanya. Dia lah yang Maha berkehendak.........

Allah Ta'ala, karena kasih sayang-Nya pada kita, terus menerus mengingatkan kita melalui Al-Qur'an & As-Sunnah mengenai hakikat kehidupan kita di dunia dan akherat sebagai peringatan dan khabar gembira bagi manusia dan jin...... Semua ayat-ayat (bukti-bukti nyata) di Al-Qur'an bukanlah sekedar dongengan ataupun senandung bacaan, tapi adalah sebagai peringatan bagi yang lalai & tidur, dan khabar gembira bagi yang taat.......

Maka dari itu tidak ada jalan lain bagi kita kecuali menerima dan mentaati segala ketetapan-Nya dengan penuh tawakkal dan sabar hati, rela menerima ketentuan-Nya dalam hal=hal yang terjadi dan sabar terhadap segala cobaan dan musibah dalam mengemban hukum-Nya. Dalam hal ini Allah Ta'ala mengingatkan kita
dalam firman-Nya:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah-buahan. Dan berikan khabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan:
'Innaa lillahi wa inna ilaihi raajiuun'.
Mereka itu yang mendapat keberkatan dan rahmat yang sempurna dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Baqarah 155-157)

Dan akhirnya kita tidak dapat merealisasikan syiar ALLAH GHAAYATUNAA atau Allah Tujuan Kita, ini kecuali kita mampu menjadikan rida Allah dan rasa takut kepada-Nya selalu tertanam dalam jiwa sebagai tujuan akhir kita dalam segala kondisi, apakah manusia simpati pada kita maupun benci, memuji maupun mempergunjingkan, menentang maupun menyambut kita.

Maka Marilah kita camkan firman Allah berikut ini :

"Padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari kerida'an-Nya jika mereka adalah orang-orang yang beriman." (At-Taubah 62)

Dalam peringatannya kepada kita, Rasulullah SAW bersabda (kurang lebih artinya):

"Barangsiapa rela melihat penguasa berbuat sesuatu yang dimurkai Allah dia telah keluar dari agama Allah (Islam)." (HR. Al-Hakim)

Sekian dulu dari saya, semoga Allah Ta'ala memudahkan kita dalam
mengarahkan dan menjadikan segala ibadah kita, segala aktifitas kita, dan hidup
mati kita hanyalah untuk menuju kepada-Nya, mencari rida-Nya.

2 komentar:

  1. Subhanallah,,
    Terimakasih Sobat,

    Ahirnya saya temukan, makna yg sebenarnya dari allah ghoyatuna,
    karena saya penasaran Tentang "allah ghoyatuna" yg di Lagukan/di lantunkan atau di nyanyikan di lagu Jihat, di Youtub Berjudul Bingkai Kehidupan - Shoutul Harokah

    Terimakasih Sobat,

    BalasHapus
  2. Jazakumullah ulasan nya semoga bermanfaat unt pembacanya ,semakin menguatka bahwa Allah satu satunya tujuan

    BalasHapus

Recomended Article

New Article

Bagaimana Tampilan Blog ini Menurut Anda?